Kamis, 15 Mei 2014

PUBERTAS



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Usia Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja menusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Pada umumnya masa remaja ini berjalan antara umur 12 - 21 tahun. Masa ini menunjukkan perubahan yang pesat dari seorang individu. Di masa ini juga seseorang mencari siapa dirinya dan mempersiapkan dirinya untuk menjadi pribadi yang baik pada saat dewasa.
Dilihat dari bahasa Inggris “teenager” remaja artinya manusia berusia belasan tahun, dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab tiu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.
Remaja juga berasal dari kata latin “adolensence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini juga mengandung arti yang sangat luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:
1.    Masa remaja awal 12 – 15 tahun
2.    Masa remaja pertengahan, 15 - 18 tahun
3.    Masa remaja akhir, 18 – 21 tahun
Ketika anak menginjak masa remajadan mulai merasa dewasa, ia mulai berfikir kritis dan tidak akan gampang menerima perkataan atau pendapat orang-orang yang usianya lebih tua tanpa argumentasi.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang  umum dari periode perkembangan ini.

2.2  Ciri – Ciri dan Karakteristik Usia Remaja
Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional. Berkaitan dengan perkembangan fisik ini,perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas yang terbagi menjadi dua ciri, yaitu:
a.       Ciri primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14-15 tahun mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menstruasi pertama”.
b.      Ciri sekunder
Ciri sekunder pada pria yaitu, tumbuhnya bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak dan kelaminnya. Tumbuh jakun dan suara besar (parau dan rendah), dada membidang. Sedangkan ciri sekunder pada wanita yaitu, tumbuh bulu-bulu pada ketiak dan kelaminnya. Pertumbuhan buah dada dan pinggul
Selain perkembangan pada ciri primer maupun sekunder, remaja juga memiliki karakteristik dalam perkembangan psikologis di usia remaja :
Perkembangan kognitif (kemampuan berpikir)
-  - Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
- - Dapat membuat rencana, strategi, keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
- - Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
-  - Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah
- - Memikirkan masa depan dan berwawasan luas
-  - Mulai menyadari proses berintropeks
Perkembangan emosi
T- Tingkat emosi tinggi
- Bersifat sensitif, reaktif. Pada lingkungan yang kurang kondusif bertingkah agresif dan lari dari kenyataan.
- - Mudah marah, sedih, dan murung
P - Pada tahap remaja akhir, emosi sudah dapat dikendalikan
Perkembangan moral
Mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkatkan pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain)
 Perkembangan sosial
D- Dapat memahami orang lain dan menjalin persahabatan
-  - Memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya.
-  - Kencenderungan untuk menyerah dan mengikuti apa yang diperbuat temannya.
  Perkembangan kepribadian
-  - Mulai mencari identitas diri
-  - Adanya dorongan dan emosi-emosi baru
-  - Muncul kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
-  - Interaksi dan persahabatan meluas
   - Muncul konflik/masalah akibat masa transisi
Perkembangan kesadaran beragama
K- Kritis dalam menyoroti nilai-nilai agama
    - Membawa nilai-nilai agama ke dalam dirinya
-  Kritis dengan hal-hal yang menyimpang dengan agama (akhlak dan perilaku)

2.3  Anak Gadis Pada Masa Pubertas Awal (Pubertas Sebenarnya)
1.      Kepribadian Gadis Puber
Pada kepribadian anak gadis pada masa pra-pubertas itu memang masih kekanak-kanakan. Anak gadis pra-pubertas itu sering menghayati kelemahan-kelemahan dan ketidakmanatapan diri, namun sekaligus dengan rasa “terheran-heran” ia merasa menemukan suatu kekuatan baru pada diri sendiri. Dia menemukan kepercayaan-diri, keberanian dan tanggung jawab yang baru.
Sehubungan dengan peristiwa ini, ia mengalami suatu osilasi (oscillatio = ayunan, bergerak dari suatu situasi kesituasi lainnya) diantara dua iklim-psikis yang positif dan negatif, diantara ketidakmampuan dan kepercayaan diri. Kedua-dua iklim psikis tadi harus dilaluinya, mau atau tidak mau. Maka muncullah pada saat itu banyak kegelisahan, kebimbangan, kecemasan, kebingungan, kekecewaan, frustasi-frustasi, penolakan, kepedihan-kepedihan hati, kesakitan jasmani dan rokhani dan lain-lain. Dan anak gadis tersebut harus belajar mengatasi semua rintangan dan kedukaan yang tidak kunjung hentinya itu, menuju pada kedewasaannya.
Dengan tegas dapat dinyatakan, bahwa seorang wanita terutama seorang anak muda/ gadis yang tengah tumbuh dan berkembang itu tidak akan pernah bisa mencapai perkembangan secara maksimal tanpa menemui rintangan dan kesulitan-kesulitan. Selama perjuangan menuju ke arah kedewasaan dan kematangan pribadinya itu pasti ia pernah menderita, berduka hati, terjatuh, luka-luka, kecewa dan kalah.
Maka salah satu sukses dalam usaha perjuangan seorang individu yang matang ialah : mampu memikul duka-derita. Dan tidak ada seorang pun yang bisa merasakan pahit dan madunya duka-derita, terkecuali mereka yang sudah pernah mengalaminya sendiri.
            Massa pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya itu merupakan suatu masa yang segera akan dilanjutkan oleh masa adolesensi yang disebut pula sebagai masa pubertas lanjut. Masa pubertas awal atau disingkat saja dengan nama masa pubertas itu tidak dapat dipastikan kapan dimulainya, dan bilamana akan berakhir; sama halnya dengan masa prapubertas. Ada beberapa sarjana yang menyatakan: masa pubertas yang sebenarnya mulai pada usia kurang lebih 14 tahun; namun bagi anak perempuan pada umumnya terjadinya lebih awal daripada anak laki-laki. Dan akan berakhir pada usia kurang lebih 17 tahun. Sedang fase adolesensi diperkirakan mulai pada usia 17 tahun sampai sekitar 19-22 tahun.
2.      Kematangan Seksual
Menurut Kartini Kartono (1992: 52), kematangan seksual atau kematangan fisik yang normal itu pada umumnya berlangsung pada usia 11 sampai 18 tahun. Namun ada kalanya juga kematangan tersebut berlangsung lebih cepat atau lebih lambat dari 11-18 tahun.
 Penyebab kematangan seksual yang lebih cepat atau lebih lambat, yaitu :
-        Pengaruh-pengaruh ras,
-        Iklim setempat,
-        Cara hidup,
-        Millieu yang semuanya ikut mempengaruhi kematangan fisik tersebut.
Kematangan seksual atau kematangan fungsi jasmaniah yang biologis ini berupa kematangan kelenjar kelamin, yaitu testes pada anak laki-laki dan ovarium pada anak-anak gadis, beserta membesarnya alat-alat kelaminnya (ciri kelamin primer). Sebelumnya, peristiwa ini didahului oleh tanda-tanda kelamin sekunder, yang secara kronologis mendahului ciri-ciri kelamin primer.
Selanjutnya tanda kelamin sekunder itu antara lain ialah:
-        Gangguan peredaran darah
-        Berdebar-debar
-        Menggigil
-        Mudah capai
-        Kepekaan yang makin meninggi pada sistem syaraf
-        Pertumbuhan rambut pada alat kelamin dan ketiak
-        Perubahan suara
-        Meluasnya dada dan tumbuhnya payudara
-        Menebalnya lapisan lemak di sekitar pinggul, paha, dan perut
Pada saat pertumbuhan ini pubescens/ anak muda mengalami satu bentuk krisis berbentuk kehilangan keseimbangan jasmani dan rokhani. Kadang kala harmoni dan fungsi-fungsi motorik(gerak) juga terganggu. Lalu terlihatlah gejala-gejala tingkah laku sebagai berikut: canggung, kaku-kikuk, tegar, muka tampak kasar dan “buruk”.
Pada saat pertumbuhan ini terdapat pula gejala yang disebut sebagai: helliogene acceleratie, yaitu percepatan tumbuh disebabkan oleh pengaruh cahaya matahari, karena anak-anak muda banyak ada di udara terbuka. Menurut beberapa medisi, percepatan pertumbuhan jasmaniah itu menyebabkan agak melemahnya fungsi-fungsi psikis atau rokhaniah. Peristiwa ini disebut sebagai astheni fungsional.
Kematangan seksual itu sekalipun bersifat biologis namun menentukan sekali sikap, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Pada masa puber, anak menaruh minat besar terhadap keadaan dirinya. Ia mulai mencoba memakai bermacam-macam gincu, creme, bedak, wangi-wangian, sepatu dan baju yang indah-indah.
Selama periode latensi ± 5-10 tahun, minat gadis kecil terhadap alat kelaminnya agak tersudut ke belakang. Juga pada masa pra-pubertas anak kurang menghayati segi-segi seksualnya. Khususnya ada perhatian cukup besar terhadap organ-organ kelamin dan menstruasi. Perasaan heteroseksual, yaitu perasaan tertarik pada jenis kelamin lain, juga mulai tumbuh dengan timbulnya minat pada sekse pria.
Sebagaimana dikemukakan pada bagian depan relasi seksual pada masa pra-pubertas itu sifatnya “ homoseksual”, karena obyek cinta kasih anak gadis tertuju pada jenis kelamin yang sama. Pilihan obyek cintanya itu bissektris yaitu garis yang membagi sudut sama besar. Pertama : sebabnya ada kaitan kasih sayang yang murni pada ibunya sekalipun hubungan ini sering dibungai dengan konflik terbuka ataupun yang terpendam dengan ibunya. Keduanya : bentuk relasi kasihnya yang lain ialah ikatan kasih sayang pada seorang kawan gadis, yang pada umumnya bersifat kurang konfliktius jika dibanding dengan relasi dengan ibunya. Orang yang menamakan bentuk homoseksualitas pada usia pubertas dan pra-pubertas ini sebagai homoseksualitas perkembangan, untuk membedakannya dari homoseksualitas yang sebenarnya. Yang disebut dengan homoseksualitas sebenarnya ialah relasi seksual diantara dua orang dari jenis kelamin yang sama.
3.      Homoseksualitas Perkembangan
Homoseksualitas perkembangan ini harus dibedakan dari homoseksualitas sebenarnya, karena hanya bentuk lahiriah-nya saja yang hampir menyerupai. Sedang bentuk psikisnya sangat berbeda sekali. Jika pada homoseksualitas sebenarnya/ biasa realsi seksualnya dibarengi dengan nafsu erotik yang kuat dan kurang wajar, maka relasi pada homoseksualitas pra-pubertas dan pubertas itu bentuknya netral.
Semua relasi pada homoseksualitas perkembangan pada masa pra-pubertas dan pubertas sifatnya murni psikis, netral, dan polos. Biasanya dalam bentuk persahabatan yang sangat intensif, amat intim, sangat akrab, penuh lamunan, penuh rasa sayang. Jadi intinya dari relasinya bukan seksualitas. Yang penting dalam relasi homoseksualitas perkembangan ini adalah unsur-unsur: mengagumi partnernya, hormat dan takjub terhadap kawan, ada keinginan untuk dimengerti oleh temannya, terutama keinginan dari pihak yang lebih lemah dan lebih muda, dan keinginan untuk memberikan perlindungan dengan penuh rasa kasih sayang oelh partner yang kuat atau lebih tua. Ekspresi yang sering ditampilkan antara lain: saling mencium, merangkul, berdekapan, jalan bergandengan, duduk bersanding, saling membelai, saling menghibur dan lain-lain.
Pada masa pubertas ini juga muncul minat dan emosi heteroseksual, di samping perasaan “heteroseksual” terhadap ibu dan seorang kawan gadis. Tipe  pada usia ini ialah timbulnya kecenderungan heteroseksual yang khas sekali, yaitu terjalinnya relasi segitiga atau triangulare. Yakni ada hubungan antara diri sendiri, obyek cinta kasih sayang dengan wanita(dengan ibu dan teman gadis), dan obyek cinta dengan seorang pemuda. Oleh karena itu relasi tersebut lebih bersifat biseksual atau kelamin ganda.
Namun, keraguan biseksual pada masa pubertas ini merupakan refrain-pengulangan dari relasi anak gadis dengan orang tuanya yaitu gadis-ibu-ayah, yang kini berubah jadi hubungan triangulaire gadis-teman perempuan- teman pria. Adapun bahaya dari relasi antara anak gadis dengan orang tuanya yang terlalu fixed ialah dengan melarikan diri, pergi dari rumah. Usaha melarikan diri itu juga didorong kuat oleh:
-       Kurangnya kemampuan untuk mengotrol diri, kemampuan mengendalikan diri masih lemah;
-       Ketidakstabilan psikis;
-       Konflik-konflik intern yang intens kuat;
-       Ada kebimbangan karena belum menemukan norma yang mantap.
4.      Realisasi dari Fantasi Seksual
Unsur-unsur fantasi seks gadis yang mula-mula masih dalam bentuk angan-angan, pada masa pubertas tersebut ada kalanya direalisasikan/dicobakan di jalanan atau di luar rumah; biasanya bersama-sama dengan seorang kerabat atau sahabat-sahabatnya. Pada mulanya, si gadis puber belum memiliki keinginan-keinginan seksual; artinya dia tidak mengenal bahaya dan tidak merindukan kepuasan seksual.
Reaksi dunia luar terhadap gadis cilik yang bergincu, genit dan berbedak wangi itu sifatnya bisa serius. Ditambah dengan tingkah laku si gadis yang provokatif, hal ini bisa menimbulkan nafsu birahi laki-laki. Akhirnya perbuatan-perbuatannya berkembang menjadi tingkah laku tunasusila dan amoral lainnya,
5.      Minat Anak Puber
Masa penemuan diri itu didahului oleh rasa-rasa yang polymorf(banyak bentuk), antara lain berupa: rasa gelisah, cemas, kecenderungan menentang orang tua dan kakak, konflik-konflik batin, berduka, dll. Semua kejadian ini menyebabkan proses sebagai berikut: kegiatan yang normal kini mengalami hambatan; dan gadis muda remaja mulai berfikir secara serius tentang keadaan diri sendiri, tentang Aku-nya.
Masa ini, anak dengan sadar anak mulai mencari nilai-nilai hidup dan norma-norma (pokok kaidah, kadar patokan) yang luhur, dan mencari hubungan dengan kodrat alam.
6.      Proses Identifikasi
Gejala penting lainnya pada usia pubertas ini ialah proses identifikasi, yang bisa bervariasi bentuknya. Identifikasi tersebut bisa bermanfaat, karena bisa memperkuat pertumbuhan Aku-nya. Akan tetapi jika identifikasi ini terlampau total, kaku dan fixed/melekat, maka hal itu akan mengakibatkan pengingkaran terhadap kepribadian sendiri.
Identifikasi pada masa pubertas dapat berlangsung lama. Ada kalanya relasi-relasi tersebut meletus jika ekses konflik-konflik heteroseksualitas melawan “homoseksual” menjadi serius. Konflik-konflik tadi antara lain berupa:
-                      Ada perasaan yang ambivalen(dwinilai) antara kebencian dan cinta;
-                      Konflik antara impuls-impuls aktif-jantan atau maskulin melawan impuls-impuls pasif-kewanitaan atau feminin;
-                      Keragu-raguan psikis dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang berubah-ubah yang agresif-aktif melawan kecenderungan pasif-merendah penuh kelembutan;
-                      Perasaan diri kuat dan rasa dewasa berkonflik melawan kecemasan-kepedihan- kekalahan;
-                      Gelora hidup atau vital yang kuat melawan kesakitan rokhani;
-                      Munculnya rasa-ras depresi, dll.
Secara ringkas dapat dikatakan, masa pubertas awal sebenarnya dicirikan dengan timbulnya tendens biseksualitas; sedang masa pubertas akhir atau masa adolesensi yang mengikuti kemudian, ditandai dengan tendens heteroseksualitas yang semakin intens atau meningkat.
Dengan selesainya masa pubertas, masuklah si anak gadis pada periode kelanjutannya, yaitu masa pubertas akhir atau masa adolesensi.

2.4  Masa Pra-Pubertas Atau Masa Pueral ±10-12 Tahun
Masa prapubertas merupakan masa akhir dari latensi, masa letensi  dimulai umur ± 5-10 tahun, dimana pada masa laten ini macam-macam potensi serta kemampuan anak sifatnya masih latent, masih tersimpan dan belum dipakai atau belum berfungsi penuh. selanjutnya banyak intelektual dari manusia dewasa pada hakekatnya adalah produk dari perkembangan instink-instink serta potensial pada masa kanak-kanak tadi. Maka dengan potensi intelektual dan kemampuan psikofisik lainnya anak manusia selalu belajar mengadakan penyesuaian diri terhadap realitas dunia sekitarnya.
      Selama masa latensi itu boleh dikatakan minat anak terhadap masalah-masalah seksual sangat berkurang, namun tidak hilang sama sekali. Semua bentuk pengurangan minat seksual dan dorongan seksual ini tampaknya disebabkan oleh berkembanganya kesadaran AKU-nya anak, kesadaran tersebut diperkuat oleh latihan-latihan tertentu serta pendidikan : kususnya dengan bimbingan, agar anak mampu melepaskan diri dari bermacam-macam dorongan serta ketergantungan yang infantil sifatnya. Latihan, bimbingan dan pendidikan semacam ini akan mempermudah proses sosialisasi ditengah masyarakat menuju pada kemandirian.
Pada masa pra-puberyas instink-instink seksual ada dalam keadaan paling lemah: sedang proses perkembangan Aku si anak ada dalam keadaan paling kuat (progresif). Masalah erotik pada seks yaitu totalitas dari kompleks gejala seksual dan afeki-afeksi yang berkaitan dengan masalah cinta, sifatnya belum akut, karena memang belum terdapat kematangan seksual.
      Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa pada usia tersebut tidak ada bahayanya dalam hal-hal seksualitas. Sebab jika anak-anak gadis pada usia pra-pubertas tadi ada yang sampai terjatuh dalam kalangan banditisme-kriminalitas dan prostitusi, maka biasanya kejadian semacam ini disebabkan oleh pengubahan secara paksaan bentuk seksualitas yang belum mencapai taraf kematangan. Jadi ada proses seksualitas yang masak-dini dan yang dipaksakan.
      Oleh karena secara fisik dan secara psikis perkembangan gadis kecil tersebut memang belum mencapai taraf kematangan, maka seksualitas yang masak-dini tadi pada umumnya mengakibatkan timbulnya kebingungan dan ahock psikis, ada kalanya juga mengakibatkan timbulnya hiperseksualitas yang liar dan sukar dikendalikan. Bentuk-bentuk suksualitas yang mulai mekar pada usia pra-pubertas tersebut sifatnya masih homoseksual, karena pada masa ini terdapat ikatan kasih sayang dengan seorang kawan gadis, yaitu kawan dari jenis kelamin yang sama.
      Jika gadis tadi sampai terjatuh dalam kalangan kriminal atau prostitusi. Maka terjadilah peristiwa paksaan mengubah relasi homoseksual jadi peristiwa heteroseksual. Dengan sendirinya terjadi shock psikis pada anak. Maka sebagai akibat lebih lanjut dari peristiwa paksaan ini terjadilah hiper-heteroseksualitas atau heteroseksualitas yang normal abnormal sifatnya: biasanya bermotifkan rasa-rasa putus asa dan panik.
      Sangat sulit menentukan dengan tegaspada berapa masa pra-puber dimulai dan kapan diakhirnya. Ada para ahli yang mengemukakan usia 10-12 tahun. Akan tetapi perlu ditambahkan bahwa penampilan pra pubertas itu berkelanjutan sampai jauh melampaui masa pubertas sendiri.
      Pada masa pra-pubertas ini banyak anak gadis yang kurang mampuenyesuaikan diri dengan lingkunganya, karena sering dihingggapi macam-macam perasaan tidak berdaya tersebut antara lain berupa perasaan-perasaan kecemasan akan hal-hal yang samar-samar, rasa ketakutan, takhayul-takhayul rasa ketidakpastian disebabkan oleh kesadaran akan kebodohan dan kelemahan diri sendiri serta kurang keseimbangan jasmaniah dan rokhaniah.

2.5 Ciri-Ciri Masa Pubertas
  1. Periode tumpang tindih
  2. Periode yang singkat
  3. Masa puber dibagi dalam tahap-tahap
  4. Masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
  5. Masa negatif
  6. Terjadi pada berbagai usia

2.6 Tahap Pubertas
  1. Tahap Pra Puber
Dalam tahap pra puber ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang.

  1. Tahap Puber
Kriteria kematangan seksual mulai muncul, terjadi haid pada anak perempuan dan pengalaman mimpi basah pada anak laki-laki. Ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks.
  1. Tahap Pasca Puber
Ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks mulai berfungsi secara matang.

2.7 Kondisi yang Menyebabkan Perubahan Pubertas
  1. Peran Kelenjar Pituitary
Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yakni hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu dan hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Dalam keadaan demikianlah perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.
  1. Peranan Gonad
Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ seks yakni ciri seks primer bertambah besar dan fungsinya menjadi matang dan ciri seks sekunder seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
  1. Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad
Hormon yang dikeluarkan oleh gonad yang telah dirangsang oleh hormon gonadotropik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan penurunan jumlah hormon pertumbuhan secara berangsur-angsur dan sehingga menghentikan proses pertumbuhan. Interaksi anatar hormon gonadotropik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu dan berkurang menjelang wanita mendekati menopause dan pria mendekati klimakteric.

2.8 Ciri Seks Primer
1.   Ciri Seks Primer pada Laki-Laki
Gonad atau testis yang terletak pada scrotum pada usia 14 tahun baru sekitar 10 persen dari  ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun setelah itu pertumbuhannya menurun. Testis sudah berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Setelah pertumbuhan testis meningkat maka pertumbuhan penis meningkat pesat. Yang mula-mula meningkat adalah panjangnya kemudian berangsur-angsur dengan besarnya. Kalau fungsi organ reproduksi pria sudah matang maka biasanya mulai terjadi mimpi basah. 
2.   Ciri Seks Primer pada Wanita 
Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram. Pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunujuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid.

2.9 Ciri Seks Sekunder
1.    Ciri Seks Sekunder pada Laki-Laki
a.       Tumbuhnya rambut kemaluan setelah testis dan penis mulai membesar. Kemudian setelah pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai timbullah rambut ketiak dan rambut di wajah.
b.      Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
c.      Kelenjar lemak semakin membesar dan menjadi lebh aktif sehingga dapat menimbulakan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak.
d.      Otot bertambah besar dan kuat sehingga member bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahu.
e.      Suara berubah menjadi serak.
f.       Benjolan kecil di sekitar susu pria mulai timbul. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya.
2.    Ciri Seks Sekunder pada Perempuan
a.       Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.
b.      Payudara muali berkembang, putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
c.       Rambut kemaluan timbul. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak.
d.      Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan lubang pori-pori bertambah besar.
e.      Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengelurkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
f.       Otot semakin besar dan semakin kuat sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
g.      Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

2.10 Tugas Perkembangan pada Masa Usia Remaja
Dalam rentang kehidupan, manusia pasti mempunyai tugas masing-masing dalam perkembangan kehidupannya. Tugas-tugas ini berpengaruh dan berkaitan erat dengan perubahan kematangan, perkesekolahan, pekerjaan, pengalaman,beragama, dan hal lainnya sebagai pencapaian pemenuhan kebahagian dalam hidupnya. Dan tugas di usia remaja sendiri dipusatkan untuk mengatasi sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan dan menuju menjadi orang dewasa.
Berikut tugas-tugas perkembangan pada usia remaja:
1.    Berusaha untuk menerima keadaan fisik
2.    Memahami apa yang ada di dalam diri dan cari jati diri tanpa menjadi orang lain
3.    Berusaha belajar memecahkan masalah tanpa merepotkan orang lain
4.    Berusaha berfikir kritis dengan mendengarkan perkataan orang yang lebih tua
5.    Berusaha meningkatkan keterampilan dan kreatifitas diri sebagai persiapan di masa depan 
6.    Berusaha untuk menerima dan memahami peran seks usia dewasa
7.    Berusaha menanamkan akhlak dan perilaku yang baik sesuai dengan nilai agama
8.    Berusaha mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
9.    Berusaha mencapai kemandirian emosional
10.     Berusaha mencapai kemandirian ekonomi
11.     Berusaha mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
12.     Berusaha memahami dan mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
13.     Berusaha mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
14.     Berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki usia dewasa dan perkawinan
15.     Berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab untuk kehidupan kedepannya
Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan ini, remaja memerlukan kemampuan kreatif. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai perkembangan kognitif remaja (fase operasional formal).

2.11 Bahaya-bahaya Selama Perkembangan Masa Usia Remaja
1.    Bahaya  Fisik
A.  Kekurangan hormon pertumbuhan.
Kurangnya jumlah hormon pertumbuhan pada akhir masa kanak-kanak dan           awal masa pubertas menyebabkan anak puber lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan pada masa selanjutnya.
B.  Kekurangan hormon gonad
Jika hormon gonad yang dikeluarkan tidak cukup banyak atau agak terlambat untuk mengawasi hormon pertumbuhan, pertumbuhan anggota tubuh akan berlangsung lama dan individu pun menjadi lebih besar dari rata-rata
C.  Berlebihnya persediaan hormon gonad
Fungsi kelenjar pituitary dan gonad yang tidak seimbang tidak seimbang bisa   mengakibatkan berlebih nya jumlah produksi hormon gonad pada usia yang sangat muda, sehingga mengakibatkan masa puber dimulai pada usia 5 atau 6 tahun.



2.    Bahaya psikologis
A.  Konsep diri yang kurang baik         
Konsep diri yang kurang baik sering menyebabkan anak puber menarik diri dalam kegiatan kelompok, menjadi agresif dan bersikap bertahan, balas dendam atas perlakuan yang dianggapnya kurang adil, serta menjadi rendah diri.
B.  Rendahnya prestasi   
Pertumbuhan fisik yang cepat sering menyebabkan tenaga menjadi lemah.   Kondisi ini mengakibatkan anak puber ingin bekerja sesegera mungkin dan cepat jenuh pada setiap aktivitas yang dikerjakan sendiri.
C.  Perilaku menyimpang saat proses kematangan seksual.       
THOMAS berpendapat, " Anak ini tidak saja berbeda dari teman-temannya sehingga mudah diasingkan, tetapi dia juga mengalami kesulitan dalam kegiatan akademik, sosial, dan fisik yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kemampuannya yang unik. Pengalaman ini hanya akan semakin memperbesar perasaan berbeda.

2.12 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
a.      Berpacaran
Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang juga berpacaran diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja memilih berpacaran. Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. Perkembangan terhadap informasi juga menjadi salah satu pendorong (14)
b.      Mengenal Media pornografi
Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada masa tersebut merupakan masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja memperoleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi tersebut memang sangat diperlukan oleh remaja. Informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut dapat diberikan melalui sekolah oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pelajaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.
Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin maraknya internet sehingga remaja memanfaatkannya untuk hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang tidak terbatas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja didukung dengan harga yang relatif terjangkau).
Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu di rumah, sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja cenderung memilih di rumah teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak dipahami. Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau membelinya sendiri akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya dan cara penyampaian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya.
c.       Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual
Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma. Hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan hal tersebut berarti remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan dihadapi.
Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang secara fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan pasangan utama melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan merangsang untuk melakukannya. Didukung dengan pacaran yang dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama mau, terangsang dan rasa ingin tau. Jika dilihat dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin bahwa memang ketiga alasan di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya.
d.      Mengalami berbagai Permasalahan Remaja
Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan maka tjika terjadi kehamilan, remaja kebanyakan akan memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran kandungan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut akan dilakukan dengan seorang dokter kandungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENANTIAN TERINDAHKU

Sedetik. . . Semenit. . . Sejam. . . Sehari. . . Sebulan. . . Setahun. . . Dan kini telah 3 tahun lamanya aku menantimu ...