BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masa Usia Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa
remaja menusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut
anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa. Pada umumnya masa remaja ini berjalan antara umur 12 - 21 tahun. Masa
ini menunjukkan perubahan yang pesat dari seorang individu. Di masa ini juga
seseorang mencari siapa dirinya dan mempersiapkan dirinya untuk menjadi pribadi
yang baik pada saat dewasa.
Dilihat dari bahasa Inggris “teenager” remaja artinya manusia
berusia belasan tahun, dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk
menjadi dewasa. Oleh sebab tiu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat
yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan
remaja menuju kedewasaan.
Remaja juga berasal dari kata latin “adolensence” yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini juga mengandung arti yang sangat
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,
yaitu:
1. Masa remaja awal 12 – 15 tahun
2. Masa remaja pertengahan, 15 - 18 tahun
3. Masa remaja akhir, 18 – 21 tahun
Ketika anak menginjak masa remajadan mulai merasa dewasa, ia
mulai berfikir kritis dan tidak akan gampang menerima perkataan atau pendapat
orang-orang yang usianya lebih tua tanpa argumentasi.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi
dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa
mempunyai banyak aspek efektif, transformasi intelektual yang khas dari cara
berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial
orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
2.2 Ciri – Ciri dan Karakteristik Usia
Remaja
Pada
remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional.
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini,perkembangan terpenting adalah aspek
seksualitas yang terbagi menjadi dua ciri, yaitu:
a. Ciri primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat
pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat.
Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia
14-15 tahun mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan
cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum dan hormon untuk
kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menstruasi pertama”.
b. Ciri sekunder
Ciri sekunder pada pria yaitu, tumbuhnya bulu-bulu pada kumis,
jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak dan kelaminnya. Tumbuh jakun dan suara
besar (parau dan rendah), dada membidang. Sedangkan ciri sekunder pada wanita yaitu,
tumbuh bulu-bulu pada ketiak dan kelaminnya. Pertumbuhan buah dada dan pinggul
Selain perkembangan pada ciri primer maupun sekunder, remaja
juga memiliki karakteristik dalam perkembangan psikologis di usia remaja :
Perkembangan kognitif (kemampuan berpikir)
|
- - Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang
gagasan abstrak
- - Dapat membuat rencana, strategi, keputusan-keputusan, serta
memecahkan masalah
- - Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang
konkrit dengan yang abstrak
- - Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah
- - Memikirkan masa depan dan berwawasan luas
- - Mulai menyadari proses berintropeks
|
Perkembangan emosi
|
T- Tingkat emosi tinggi
- - Bersifat sensitif, reaktif. Pada lingkungan yang kurang
kondusif bertingkah agresif dan lari dari kenyataan.
- - Mudah marah, sedih, dan murung
P - Pada tahap remaja akhir, emosi sudah dapat dikendalikan
|
Perkembangan moral
|
Mampu berperilaku yang tidak hanya
mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkatkan pada tatanan psikologis
(rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain)
|
Perkembangan sosial
|
D- Dapat memahami orang lain dan menjalin persahabatan
- - Memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang
relatif sama dengan dirinya.
- - Kencenderungan
untuk menyerah dan mengikuti apa yang diperbuat temannya.
|
Perkembangan kepribadian
|
- - Mulai mencari
identitas diri
- - Adanya dorongan dan emosi-emosi baru
- - Muncul kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi
dan cita-citanya
- - Interaksi dan persahabatan meluas
- Muncul
konflik/masalah akibat masa transisi
|
Perkembangan kesadaran beragama
|
K- Kritis dalam menyoroti nilai-nilai agama
- Membawa
nilai-nilai agama ke dalam dirinya
- Kritis
dengan hal-hal yang menyimpang dengan agama (akhlak dan perilaku)
|
2.3 Anak
Gadis Pada Masa Pubertas Awal (Pubertas Sebenarnya)
1.
Kepribadian
Gadis Puber
Pada kepribadian anak gadis pada masa
pra-pubertas itu memang masih kekanak-kanakan. Anak gadis pra-pubertas itu
sering menghayati kelemahan-kelemahan dan ketidakmanatapan diri, namun
sekaligus dengan rasa “terheran-heran” ia merasa menemukan suatu kekuatan baru
pada diri sendiri. Dia menemukan kepercayaan-diri,
keberanian dan tanggung jawab yang baru.
Sehubungan dengan peristiwa ini, ia
mengalami suatu osilasi (oscillatio = ayunan, bergerak dari suatu situasi
kesituasi lainnya) diantara dua iklim-psikis yang positif dan negatif, diantara
ketidakmampuan dan kepercayaan diri. Kedua-dua iklim psikis tadi harus
dilaluinya, mau atau tidak mau. Maka muncullah pada saat itu banyak
kegelisahan, kebimbangan, kecemasan, kebingungan, kekecewaan,
frustasi-frustasi, penolakan, kepedihan-kepedihan hati, kesakitan jasmani dan
rokhani dan lain-lain. Dan anak gadis tersebut harus belajar mengatasi semua
rintangan dan kedukaan yang tidak kunjung hentinya itu, menuju pada
kedewasaannya.
Dengan tegas dapat dinyatakan, bahwa
seorang wanita terutama seorang anak muda/ gadis yang tengah tumbuh dan
berkembang itu tidak akan pernah bisa mencapai perkembangan secara maksimal
tanpa menemui rintangan dan kesulitan-kesulitan. Selama perjuangan menuju ke
arah kedewasaan dan kematangan pribadinya itu pasti ia pernah menderita,
berduka hati, terjatuh, luka-luka, kecewa dan kalah.
Maka salah satu sukses dalam usaha
perjuangan seorang individu yang matang ialah : mampu memikul duka-derita. Dan
tidak ada seorang pun yang bisa merasakan pahit dan madunya duka-derita,
terkecuali mereka yang sudah pernah mengalaminya sendiri.
Massa
pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya itu merupakan suatu masa yang
segera akan dilanjutkan oleh masa adolesensi yang disebut pula sebagai masa
pubertas lanjut. Masa pubertas awal atau disingkat saja dengan nama masa
pubertas itu tidak dapat dipastikan kapan dimulainya, dan bilamana akan
berakhir; sama halnya dengan masa prapubertas. Ada beberapa sarjana yang
menyatakan: masa pubertas yang sebenarnya mulai pada usia kurang lebih 14
tahun; namun bagi anak perempuan pada umumnya terjadinya lebih awal daripada
anak laki-laki. Dan akan berakhir pada usia kurang lebih 17 tahun. Sedang fase
adolesensi diperkirakan mulai pada usia 17 tahun sampai sekitar 19-22 tahun.
2.
Kematangan
Seksual
Menurut Kartini Kartono (1992: 52),
kematangan seksual atau kematangan fisik yang normal itu pada umumnya
berlangsung pada usia 11 sampai 18 tahun. Namun ada kalanya juga kematangan
tersebut berlangsung lebih cepat atau lebih lambat dari 11-18 tahun.
Penyebab kematangan seksual yang lebih cepat
atau lebih lambat, yaitu :
-
Pengaruh-pengaruh ras,
-
Iklim setempat,
-
Cara hidup,
-
Millieu yang semuanya
ikut mempengaruhi kematangan fisik tersebut.
Kematangan seksual atau kematangan
fungsi jasmaniah yang biologis ini berupa kematangan kelenjar kelamin, yaitu
testes pada anak laki-laki dan ovarium pada anak-anak gadis, beserta
membesarnya alat-alat kelaminnya (ciri kelamin primer). Sebelumnya, peristiwa
ini didahului oleh tanda-tanda kelamin sekunder, yang secara kronologis
mendahului ciri-ciri kelamin primer.
Selanjutnya tanda kelamin sekunder itu
antara lain ialah:
-
Gangguan peredaran
darah
-
Berdebar-debar
-
Menggigil
-
Mudah capai
-
Kepekaan yang makin
meninggi pada sistem syaraf
-
Pertumbuhan rambut pada
alat kelamin dan ketiak
-
Perubahan suara
-
Meluasnya dada dan
tumbuhnya payudara
-
Menebalnya lapisan
lemak di sekitar pinggul, paha, dan perut
Pada saat pertumbuhan ini pubescens/
anak muda mengalami satu bentuk krisis berbentuk kehilangan keseimbangan
jasmani dan rokhani. Kadang kala harmoni dan fungsi-fungsi motorik(gerak) juga
terganggu. Lalu terlihatlah gejala-gejala tingkah laku sebagai berikut:
canggung, kaku-kikuk, tegar, muka tampak kasar dan “buruk”.
Pada saat pertumbuhan ini terdapat pula
gejala yang disebut sebagai: helliogene acceleratie, yaitu percepatan tumbuh
disebabkan oleh pengaruh cahaya matahari, karena anak-anak muda banyak ada di
udara terbuka. Menurut beberapa medisi, percepatan pertumbuhan jasmaniah itu
menyebabkan agak melemahnya fungsi-fungsi psikis atau rokhaniah. Peristiwa ini
disebut sebagai astheni fungsional.
Kematangan seksual itu sekalipun
bersifat biologis namun menentukan sekali sikap, yaitu faktor psikis anak
terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Pada masa puber, anak menaruh
minat besar terhadap keadaan dirinya. Ia mulai mencoba memakai bermacam-macam
gincu, creme, bedak, wangi-wangian, sepatu dan baju yang indah-indah.
Selama periode latensi ± 5-10 tahun,
minat gadis kecil terhadap alat kelaminnya agak tersudut ke belakang. Juga pada
masa pra-pubertas anak kurang menghayati segi-segi seksualnya. Khususnya ada
perhatian cukup besar terhadap organ-organ kelamin dan menstruasi. Perasaan
heteroseksual, yaitu perasaan tertarik pada jenis kelamin lain, juga mulai
tumbuh dengan timbulnya minat pada sekse pria.
Sebagaimana dikemukakan pada bagian
depan relasi seksual pada masa pra-pubertas itu sifatnya “ homoseksual”, karena
obyek cinta kasih anak gadis tertuju pada jenis kelamin yang sama. Pilihan
obyek cintanya itu bissektris yaitu garis yang membagi sudut sama besar.
Pertama : sebabnya ada kaitan kasih sayang yang murni pada ibunya sekalipun
hubungan ini sering dibungai dengan konflik terbuka ataupun yang terpendam
dengan ibunya. Keduanya : bentuk relasi kasihnya yang lain ialah ikatan kasih
sayang pada seorang kawan gadis, yang pada umumnya bersifat kurang konfliktius
jika dibanding dengan relasi dengan ibunya. Orang yang menamakan bentuk
homoseksualitas pada usia pubertas dan pra-pubertas ini sebagai homoseksualitas
perkembangan, untuk membedakannya dari homoseksualitas yang sebenarnya. Yang
disebut dengan homoseksualitas sebenarnya ialah relasi seksual diantara dua
orang dari jenis kelamin yang sama.
3.
Homoseksualitas
Perkembangan
Homoseksualitas perkembangan ini harus
dibedakan dari homoseksualitas sebenarnya, karena hanya bentuk lahiriah-nya
saja yang hampir menyerupai. Sedang bentuk psikisnya sangat berbeda sekali.
Jika pada homoseksualitas sebenarnya/ biasa realsi seksualnya dibarengi dengan
nafsu erotik yang kuat dan kurang wajar, maka relasi pada homoseksualitas
pra-pubertas dan pubertas itu bentuknya netral.
Semua relasi pada homoseksualitas
perkembangan pada masa pra-pubertas dan pubertas sifatnya murni psikis, netral,
dan polos. Biasanya dalam bentuk persahabatan yang sangat intensif, amat intim,
sangat akrab, penuh lamunan, penuh rasa sayang. Jadi intinya dari relasinya
bukan seksualitas. Yang penting dalam relasi homoseksualitas perkembangan ini
adalah unsur-unsur: mengagumi partnernya, hormat dan takjub terhadap kawan, ada
keinginan untuk dimengerti oleh temannya, terutama keinginan dari pihak yang
lebih lemah dan lebih muda, dan keinginan untuk memberikan perlindungan dengan
penuh rasa kasih sayang oelh partner yang kuat atau lebih tua. Ekspresi yang
sering ditampilkan antara lain: saling mencium, merangkul, berdekapan, jalan
bergandengan, duduk bersanding, saling membelai, saling menghibur dan
lain-lain.
Pada masa pubertas ini juga muncul minat
dan emosi heteroseksual, di samping perasaan “heteroseksual” terhadap ibu dan
seorang kawan gadis. Tipe pada usia ini
ialah timbulnya kecenderungan heteroseksual yang khas sekali, yaitu terjalinnya
relasi segitiga atau triangulare. Yakni ada hubungan antara diri sendiri, obyek
cinta kasih sayang dengan wanita(dengan ibu dan teman gadis), dan obyek cinta
dengan seorang pemuda. Oleh karena itu relasi tersebut lebih bersifat biseksual
atau kelamin ganda.
Namun, keraguan biseksual pada masa
pubertas ini merupakan refrain-pengulangan dari relasi anak gadis dengan orang
tuanya yaitu gadis-ibu-ayah, yang kini berubah jadi hubungan triangulaire
gadis-teman perempuan- teman pria. Adapun bahaya dari relasi antara anak gadis
dengan orang tuanya yang terlalu fixed ialah dengan melarikan diri, pergi dari
rumah. Usaha melarikan diri itu juga didorong kuat oleh:
- Kurangnya
kemampuan untuk mengotrol diri, kemampuan mengendalikan diri masih lemah;
- Ketidakstabilan
psikis;
- Konflik-konflik
intern yang intens kuat;
- Ada
kebimbangan karena belum menemukan norma yang mantap.
4.
Realisasi
dari Fantasi Seksual
Unsur-unsur
fantasi seks gadis yang mula-mula masih dalam bentuk angan-angan, pada masa
pubertas tersebut ada kalanya direalisasikan/dicobakan di jalanan atau di luar
rumah; biasanya bersama-sama dengan seorang kerabat atau sahabat-sahabatnya.
Pada mulanya, si gadis puber belum memiliki keinginan-keinginan seksual;
artinya dia tidak mengenal bahaya dan tidak merindukan kepuasan seksual.
Reaksi
dunia luar terhadap gadis cilik yang bergincu, genit dan berbedak wangi itu
sifatnya bisa serius. Ditambah dengan tingkah laku si gadis yang provokatif,
hal ini bisa menimbulkan nafsu birahi laki-laki. Akhirnya
perbuatan-perbuatannya berkembang menjadi tingkah laku tunasusila dan amoral
lainnya,
5.
Minat
Anak Puber
Masa penemuan diri itu didahului oleh
rasa-rasa yang polymorf(banyak bentuk), antara lain berupa: rasa gelisah,
cemas, kecenderungan menentang orang tua dan kakak, konflik-konflik batin,
berduka, dll. Semua kejadian ini menyebabkan proses sebagai berikut: kegiatan yang
normal kini mengalami hambatan; dan gadis muda remaja mulai berfikir secara
serius tentang keadaan diri sendiri, tentang Aku-nya.
Masa ini, anak dengan sadar anak mulai
mencari nilai-nilai hidup dan norma-norma (pokok kaidah, kadar patokan) yang
luhur, dan mencari hubungan dengan kodrat alam.
6.
Proses
Identifikasi
Gejala
penting lainnya pada usia pubertas ini ialah proses identifikasi, yang bisa
bervariasi bentuknya. Identifikasi tersebut bisa bermanfaat, karena bisa
memperkuat pertumbuhan Aku-nya. Akan tetapi jika identifikasi ini terlampau
total, kaku dan fixed/melekat, maka hal itu akan mengakibatkan pengingkaran
terhadap kepribadian sendiri.
Identifikasi
pada masa pubertas dapat berlangsung lama. Ada kalanya relasi-relasi tersebut
meletus jika ekses konflik-konflik heteroseksualitas melawan “homoseksual”
menjadi serius. Konflik-konflik tadi antara lain berupa:
-
Ada perasaan yang
ambivalen(dwinilai) antara kebencian dan cinta;
-
Konflik antara
impuls-impuls aktif-jantan atau maskulin melawan impuls-impuls pasif-kewanitaan
atau feminin;
-
Keragu-raguan psikis
dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang berubah-ubah yang agresif-aktif
melawan kecenderungan pasif-merendah penuh kelembutan;
-
Perasaan diri kuat dan
rasa dewasa berkonflik melawan kecemasan-kepedihan- kekalahan;
-
Gelora hidup atau vital
yang kuat melawan kesakitan rokhani;
-
Munculnya rasa-ras
depresi, dll.
Secara
ringkas dapat dikatakan, masa pubertas awal sebenarnya dicirikan dengan
timbulnya tendens biseksualitas; sedang masa pubertas akhir atau masa
adolesensi yang mengikuti kemudian, ditandai dengan tendens heteroseksualitas
yang semakin intens atau meningkat.
Dengan
selesainya masa pubertas, masuklah si anak gadis pada periode kelanjutannya,
yaitu masa pubertas akhir atau masa adolesensi.
2.4 Masa Pra-Pubertas Atau Masa Pueral ±10-12
Tahun
Masa
prapubertas merupakan masa akhir dari latensi, masa letensi dimulai umur ± 5-10 tahun, dimana pada masa
laten ini macam-macam potensi serta kemampuan anak sifatnya masih latent, masih
tersimpan dan belum dipakai atau belum berfungsi penuh. selanjutnya banyak
intelektual dari manusia dewasa pada hakekatnya adalah produk dari perkembangan
instink-instink serta potensial pada masa kanak-kanak tadi. Maka dengan potensi
intelektual dan kemampuan psikofisik lainnya anak manusia selalu belajar
mengadakan penyesuaian diri terhadap realitas dunia sekitarnya.
Selama masa latensi itu boleh dikatakan minat anak terhadap
masalah-masalah seksual sangat berkurang, namun tidak hilang sama sekali. Semua
bentuk pengurangan minat seksual dan dorongan seksual ini tampaknya disebabkan
oleh berkembanganya kesadaran AKU-nya anak, kesadaran tersebut diperkuat oleh
latihan-latihan tertentu serta pendidikan : kususnya dengan bimbingan, agar
anak mampu melepaskan diri dari bermacam-macam dorongan serta ketergantungan
yang infantil sifatnya. Latihan, bimbingan dan pendidikan semacam ini akan
mempermudah proses sosialisasi ditengah masyarakat menuju pada kemandirian.
Pada
masa pra-puberyas instink-instink seksual ada dalam keadaan paling lemah:
sedang proses perkembangan Aku si anak ada dalam keadaan paling kuat
(progresif). Masalah erotik pada seks yaitu totalitas dari kompleks gejala
seksual dan afeki-afeksi yang berkaitan dengan masalah cinta, sifatnya belum
akut, karena memang belum terdapat kematangan seksual.
Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa pada usia tersebut
tidak ada bahayanya dalam hal-hal seksualitas. Sebab jika anak-anak gadis pada
usia pra-pubertas tadi ada yang sampai terjatuh dalam kalangan banditisme-kriminalitas
dan prostitusi, maka biasanya kejadian semacam ini disebabkan oleh pengubahan
secara paksaan bentuk seksualitas yang belum mencapai taraf kematangan. Jadi
ada proses seksualitas yang masak-dini dan yang dipaksakan.
Oleh karena secara fisik dan secara psikis perkembangan gadis
kecil tersebut memang belum mencapai taraf kematangan, maka seksualitas yang
masak-dini tadi pada umumnya mengakibatkan timbulnya kebingungan dan ahock
psikis, ada kalanya juga mengakibatkan timbulnya hiperseksualitas yang liar dan
sukar dikendalikan. Bentuk-bentuk suksualitas yang mulai mekar pada usia
pra-pubertas tersebut sifatnya masih homoseksual, karena pada masa ini terdapat
ikatan kasih sayang dengan seorang kawan gadis, yaitu kawan dari jenis kelamin
yang sama.
Jika gadis tadi sampai terjatuh dalam kalangan kriminal atau
prostitusi. Maka terjadilah peristiwa paksaan mengubah relasi homoseksual jadi
peristiwa heteroseksual. Dengan sendirinya terjadi shock psikis pada anak. Maka
sebagai akibat lebih lanjut dari peristiwa paksaan ini terjadilah
hiper-heteroseksualitas atau heteroseksualitas yang normal abnormal sifatnya:
biasanya bermotifkan rasa-rasa putus asa dan panik.
Sangat sulit menentukan dengan tegaspada berapa masa pra-puber
dimulai dan kapan diakhirnya. Ada para ahli yang mengemukakan usia 10-12 tahun.
Akan tetapi perlu ditambahkan bahwa penampilan pra pubertas itu berkelanjutan
sampai jauh melampaui masa pubertas sendiri.
Pada masa pra-pubertas ini banyak anak gadis yang kurang
mampuenyesuaikan diri dengan lingkunganya, karena sering dihingggapi
macam-macam perasaan tidak berdaya tersebut antara lain berupa
perasaan-perasaan kecemasan akan hal-hal yang samar-samar, rasa ketakutan,
takhayul-takhayul rasa ketidakpastian disebabkan oleh kesadaran akan kebodohan
dan kelemahan diri sendiri serta kurang keseimbangan jasmaniah dan rokhaniah.
2.5 Ciri-Ciri Masa Pubertas
- Periode tumpang tindih
- Periode yang singkat
- Masa puber dibagi dalam tahap-tahap
- Masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
- Masa negatif
- Terjadi pada berbagai usia
2.6 Tahap Pubertas
- Tahap Pra Puber
Dalam tahap pra puber ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ
reproduksi belum sepenuhnya berkembang.
- Tahap Puber
Kriteria kematangan seksual mulai muncul, terjadi haid pada anak perempuan
dan pengalaman mimpi basah pada anak laki-laki. Ciri-ciri seks sekunder terus
berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks.
- Tahap Pasca Puber
Ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks mulai
berfungsi secara matang.
2.7 Kondisi yang Menyebabkan
Perubahan Pubertas
- Peran Kelenjar Pituitary
Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yakni
hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu dan
hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Dalam
keadaan demikianlah perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.
- Peranan Gonad
Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ
seks yakni ciri seks primer bertambah besar dan fungsinya menjadi matang dan
ciri seks sekunder seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
- Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad
Hormon yang dikeluarkan oleh gonad yang telah
dirangsang oleh hormon gonadotropik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary
bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan penurunan jumlah hormon
pertumbuhan secara berangsur-angsur dan sehingga menghentikan proses
pertumbuhan. Interaksi anatar hormon gonadotropik dan gonad berlangsung terus
sepanjang kehidupan reproduksi individu dan berkurang menjelang wanita
mendekati menopause dan pria mendekati klimakteric.
2.8 Ciri Seks Primer
1. Ciri Seks Primer pada
Laki-Laki
Gonad atau testis yang terletak pada scrotum pada usia 14 tahun baru
sekitar 10 persen dari ukuran matang.
Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun setelah itu
pertumbuhannya menurun. Testis sudah berkembang penuh pada usia 20 atau 21
tahun. Setelah pertumbuhan testis meningkat maka pertumbuhan penis meningkat
pesat. Yang mula-mula meningkat adalah panjangnya kemudian berangsur-angsur
dengan besarnya. Kalau fungsi organ reproduksi pria sudah matang maka biasanya
mulai terjadi mimpi basah.
2. Ciri Seks Primer pada
Wanita
Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram. Pada usia 16
tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-telur dan vagina juga
tumbuh pesat pada saat ini. Petunujuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak
perempuan menjadi matang adalah datangnya haid.
2.9 Ciri Seks Sekunder
1.
Ciri Seks Sekunder pada Laki-Laki
a. Tumbuhnya
rambut kemaluan setelah testis dan penis mulai membesar. Kemudian setelah
pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai timbullah rambut ketiak dan rambut
di wajah.
b. Kulit
menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
c. Kelenjar
lemak semakin membesar dan menjadi lebh aktif sehingga dapat menimbulakan
jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah
banyak.
d. Otot
bertambah besar dan kuat sehingga member bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan
bahu.
e. Suara
berubah menjadi serak.
f. Benjolan
kecil di sekitar susu pria mulai timbul. Ini berlangsung selama beberapa minggu
dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya.
2.
Ciri Seks Sekunder pada Perempuan
a. Pinggul
menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan
berkembangnya lemak bawah kulit.
b. Payudara
muali berkembang, putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya
kelenjar susu payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
c. Rambut
kemaluan timbul. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak.
d. Kulit menjadi
lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan lubang pori-pori bertambah besar.
e. Kelenjar
lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengelurkan banyak keringat
dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
f. Otot semakin
besar dan semakin kuat sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai
kaki.
g. Suara
menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
2.10 Tugas Perkembangan pada Masa Usia Remaja
Dalam rentang kehidupan, manusia pasti mempunyai tugas
masing-masing dalam perkembangan kehidupannya. Tugas-tugas ini berpengaruh dan
berkaitan erat dengan perubahan kematangan, perkesekolahan, pekerjaan,
pengalaman,beragama, dan hal lainnya sebagai pencapaian pemenuhan kebahagian
dalam hidupnya. Dan tugas di usia remaja sendiri dipusatkan untuk mengatasi
sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan dan menuju menjadi orang dewasa.
Berikut
tugas-tugas perkembangan pada usia remaja:
1.
Berusaha
untuk menerima keadaan fisik
2.
Memahami
apa yang ada di dalam diri dan cari jati diri tanpa menjadi orang lain
3.
Berusaha
belajar memecahkan masalah tanpa merepotkan orang lain
4.
Berusaha
berfikir kritis dengan mendengarkan perkataan orang yang lebih tua
5.
Berusaha
meningkatkan keterampilan dan kreatifitas diri sebagai persiapan di masa
depan
6.
Berusaha
untuk menerima dan memahami peran seks usia dewasa
7.
Berusaha
menanamkan akhlak dan perilaku yang baik sesuai dengan nilai agama
8.
Berusaha
mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
9.
Berusaha
mencapai kemandirian emosional
10.
Berusaha
mencapai kemandirian ekonomi
11.
Berusaha
mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
12.
Berusaha
memahami dan mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
13.
Berusaha
mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki
dunia dewasa
14.
Berusaha
mempersiapkan diri untuk memasuki usia dewasa dan perkawinan
15.
Berusaha
memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab untuk kehidupan kedepannya
Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan
ini, remaja memerlukan kemampuan kreatif. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai
perkembangan kognitif remaja (fase operasional formal).
2.11 Bahaya-bahaya Selama Perkembangan Masa
Usia Remaja
1. Bahaya Fisik
A. Kekurangan
hormon pertumbuhan.
Kurangnya
jumlah hormon pertumbuhan pada akhir masa kanak-kanak dan awal masa pubertas menyebabkan anak
puber lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan pada masa selanjutnya.
B. Kekurangan
hormon gonad
Jika
hormon gonad yang dikeluarkan tidak cukup banyak atau agak terlambat untuk
mengawasi hormon pertumbuhan, pertumbuhan anggota tubuh akan berlangsung lama
dan individu pun menjadi lebih besar dari rata-rata
C. Berlebihnya
persediaan hormon gonad
Fungsi
kelenjar pituitary dan gonad yang tidak seimbang tidak seimbang bisa mengakibatkan berlebih nya
jumlah produksi hormon gonad pada usia yang sangat muda, sehingga mengakibatkan
masa puber dimulai pada usia 5 atau 6 tahun.
2. Bahaya
psikologis
A. Konsep
diri yang kurang baik
Konsep diri yang kurang baik sering
menyebabkan anak puber menarik diri dalam kegiatan kelompok, menjadi agresif
dan bersikap bertahan, balas dendam atas perlakuan yang dianggapnya kurang
adil, serta menjadi rendah diri.
B. Rendahnya
prestasi
Pertumbuhan fisik yang cepat sering
menyebabkan tenaga menjadi lemah.
Kondisi ini mengakibatkan anak puber ingin bekerja sesegera mungkin dan cepat
jenuh pada setiap aktivitas yang dikerjakan sendiri.
C. Perilaku
menyimpang saat proses kematangan seksual.
THOMAS berpendapat,
" Anak ini tidak saja berbeda dari teman-temannya sehingga mudah
diasingkan, tetapi dia juga mengalami kesulitan dalam kegiatan akademik, sosial,
dan fisik yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kemampuannya yang unik.
Pengalaman ini hanya akan semakin memperbesar perasaan berbeda.
2.12 Perkembangan
Perilaku Seksual Remaja
a.
Berpacaran
Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal
yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa mereka
pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga
memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau
memberikan dampak negatif terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia
pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan
yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang
juga berpacaran diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ?
banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja memilih berpacaran. Dikalangan
remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja berpacaran
berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. Perkembangan terhadap
informasi juga menjadi salah satu pendorong (14)
b.
Mengenal Media pornografi
Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat
media pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada masa tersebut merupakan
masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini,
remaja memperoleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam
bertingkah laku. Informasi tersebut memang sangat diperlukan oleh remaja.
Informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi
remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi
tersebut dapat diberikan melalui sekolah oleh seorang guru tau dijadikan suatu
mata pelajaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.
Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu
foto/gambar (semakin maraknya internet sehingga remaja memanfaatkannya untuk
hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi
seks yang tidak terbatas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya
diperoleh remaja didukung dengan harga yang relatif terjangkau).
Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu
di rumah, sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja cenderung memilih di rumah
teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang
tidak dipahami. Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman,
menyewa atau membelinya sendiri akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi.
Keinginan tahu remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya dan cara
penyampaian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya.
c.
Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual
Pemahaman remaja mengenai
masturbasi atau onani masih sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja berpendapat
bahwa jika melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang
melanggar norma. Hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang tertinggi,
karena jika remaja berani melakukan hal tersebut berarti remaja telah dan harus
siap menerima segala resiko yang akan dihadapi.
Pada umumnya usia pertama kali
melakukan hal tersebut berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang secara fisik
telah siap, namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar.
Pacar merupakan pasangan utama melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini
berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan merangsang untuk melakukannya.
Didukung dengan pacaran yang dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari
orang tua atau saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah
karena cinta atau sama-sama mau, terangsang dan rasa ingin tau. Jika dilihat
dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin
bahwa memang ketiga alasan di atas lah yang mendorong seorang remaja
menyerahkan kehormatannya.
d.
Mengalami berbagai Permasalahan Remaja
Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi
yang tidak diinginkan maka tjika terjadi kehamilan, remaja kebanyakan akan
memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa
pengguguran kandungan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun
pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut akan dilakukan dengan
seorang dokter kandungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar