BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Filsafah Islam
Islam terdiri dari dua kata, yaitu filsafat dan Islam.
Filsafat sendiri berasaldari Bahasa Yunani. Filsafat merupakan gabungan dari
kata
Philo,
yang berarti cinta dan sofia, yang berarti kebijaksanaan atau pengetahuan yang
mendalam.
Dari penjelasan diatas,
filsafat dapat diartikan sebagai ingin tahu dengan mendalam atau cinta pada
kebijaksanaan. Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat
adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada,sebab, asal dan hukumnya. Sementara itu, falsafah berarti
anggapan, gagasan dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh
orang atau masyarakat.
Islam memiliki dua pengertian, yaitu dari segi bahasa dan
terminologi. Dari segi bahasa, Islam adalah selamat sentausa, berserah
diri, patuh, tunduk dan taat. Sedangkan dari segi terminologi, Islam adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwayuhkan oleh Allahkepada manusia melalui Nabi
Muhammad sebagai Rasul Allah.Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Filsafat Islam dapatdidefinisikan sebagai
pemikiran rasional, kritis, sistematis dan radikal mengenai aspek-aspek
dalam ajaran Agama Islam. Dengan kata lain, Filsafat Islam adalah filsafat yang
mengacu dan mengarah kepada Al-Qur’an serta
mencari jawaban mengenai masalah-masalah
asasi berdasarkan wahyu Allah, yang diinterpretasikan dengan Al-Qur’an. Sedangkan
ciri-ciri utama dari Filsafat Islam adalah :
a)
berpikir tentang segala sesuatu,
b)dapat
berpikir teratur,
c)tidak
cepat puas dalam penemuan sesuatu,
d)selalu
bertanya,
e)saling
menghargai pendapat orang lain
B.Ruang Lingkup
Filsafah Islam
Ruang lingkup Filsafat Islam adalah kajian filsafat secara
umum, yaitu realitas, baik yang bersifat material maupun ghaib. Dalam hal
ini, objek kajian atau ruang lingkup Filsafat Islam dalam tema besar adalah
Tuhan, alam, manusia dan kebudayaan.Pembahasan
yang cukup luas ini dapat dijabarkan menjadi hal-hal yang lebih spesifik dansesuai
dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, dapat ditarik korelasi
antara perkembangan sejarah dengan pemikiran kefilsafatan kini, karena
setiap pemikir padazaman-zaman yang berbeda mempunyai pandangan masing-masing
pemaparan di atas.
C. Sejarah Singkat Timbulnya Filsafat
Islam
Sejarah
filsafat bermula di pesisir Samudra Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 SM.
Sejak semula filsafat ditandai dengan rencana umat manusia untuk menjawab
persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Itulah sebanya filsafat pada
gilirannya mampu melahirkan sains-sains besar, seperti fisika, etika,
matematika dan metafisika yang menjadi batu bata kebudayaan dunia.
Cara
pemikiran Filsafat secara teknis muncul pada masa permulaan jayanya Dinasti
Abbasiyah. Di bawah pemerintahan Harun al ¡Vrasyid, dimulailah penterjemahan
buku-buku bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Orang-orang banyak dikirim ke
kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Awalnya yang dipentingkan
adalah pengetahuan tentang kedokteran, tetapi kemudian juga
pengetahuan-pengatahuan lain termasuk filsafat.
Penterjemahan
ini sebagian besar dari karangan Aristoteles, Plato, serta karangan mengenai
Neoplatonisme, karangan Galen, serta karangan mengenai ilmu kedokteran lainya,
yang juga mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya yang dapat dibaca alim ulama
Islam. Tak lama kemudian timbulah para filosof-filofof dan ahli ilmu
pengetahuan terutama kedokteran di kalam umat Islam.
Ketika
filsafat bersentuhan dengan Islam maka yang terjadi bahwa filsafat terinspirasi
oleh pokok-pokok persoalan yang bermuara pada sumber-sumber Wahyu Islam. Semua
filosof muslim seperti al Kindi, al Farabi, Ibn Sina, Mulla Sadra,Suhrawardi
dan lain sebagainya hidup dan bernafas dalam realitas al Quran dan Sunnah.
Kehadiran al Quran dan Sunnah telah mengubah pola berfilsafat dalam konteks
Dunia Islam. Realitas dan proses penyampaian al Quran merupakan perhatian utama
para pemikir Islam dalam melakukan kegiatan berfilsafat.
D.Objek dan Ruang Lingkup Filsafah Islam
Obyek
filsafat terbagi menjadi dua obyek yaitu; obyek materi dan obyek formal
filsafat. Yang disebut obyek materi adalah hal atau bahan yang akan diselidiki
(hal yang menjadi sasaran penyelidikan), sedangkan obyek forma adalah sudut
pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang.
Obyek materi filsafat yang diselidiki mengenai semua yang ada : manusia, alam dan Tuhan, sedangkan obyek formal filsafat yang menyangkut hakikat, sifat dasar arti atau makna terdalam dari sesuaatu hal . Dengan kata lain bahwa objek filsafat Islam itu adalah meliputi :
Obyek materi filsafat yang diselidiki mengenai semua yang ada : manusia, alam dan Tuhan, sedangkan obyek formal filsafat yang menyangkut hakikat, sifat dasar arti atau makna terdalam dari sesuaatu hal . Dengan kata lain bahwa objek filsafat Islam itu adalah meliputi :
1.Objek materia filsafat ialah Semua yang
ada, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan
pokok:
a.Hakekat
Tuhan;
b.Hakekat
Alam dan
c.Hakekat
Manusia .
2.Objek forma filsafat ialah usaha mencari
keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek
materi filsafat .
Dari
pemahaman di atas nampak bahawa Objek filsafat itu bukan main luasnya”, yaitu
meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui
manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka
manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang
ada dan yang mungkin ada menurut akal pikirannya.
Lebih lanjut DR Musa As’arie menjelaskan bahwa objek dari Filsafat islam adalah
membahas hakikat semua yang ada, sejak dari tahapan ontologis, hingga
metafisis, membahas nilai-nilai yang meliputi epistemologis,estetika,dan etika
yang disesuaikan dengan kecendrungan perubahan dan semangat zaman. Kajian
filsafat Islam terhadap objek material dari waktu ke waktu mengkin tidak
berubah, tetapi corak dan sifat serta dimensi yang menjadi tekanan atau fokus
kajiannya (objek formal) harus berubah dan menyesuaikan dengan perubahan, serta
konteks kehidupan manusia, dan semangat baru yang selalu muncul dalam setiap
perkembangan jaman.
Atas dasar pada bidang penyelidikan dari objeknya ini,
maka filsafat dapat dibagi menurut objeknya adalah sebagai berikut:
1.Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya
terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA UMUM ini disebut “Ontologia”
yang berasal dari perkataan Yunani “Onontos” yang berarti “ada”,
2.Ada
Mutlak, sesuatu
yang ada secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa
dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus
terus menerus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal adanya segala
sesuatu. Ini disebut orang “Tuhan” dalam Bahasa Yunani disebut “Theodicea”
dan dalam Bahasa Arab disebut “Ilah” atau “Allah”.
3.Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat alam
dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada
Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang
menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu
karena dimungkinkan Allah. “Ada tidak mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin
“lenyep sewaktu-waktu” pada suatu masa.
4.Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk
“ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu
sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya?
Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia.
5.Etika: filsafat yang menyelidiki tingkah laku
manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta
tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
6.Logika: filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah akal yang
terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa
kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan
dasar. Tegasnya tanpa akal budi takkan ada penyelidikan. Oleh karena itu
dipersoalkan adakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu
mencari kebenaran? Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan
sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka
penyelidikan tentang akal budi itu disebut Filsafat Akal
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sebenarnya objek Filsafat Islam ialah sama
dengan objek kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas, baik yang material
maupun yang ghaib. Hanya Perbedaannya terletak pada subjek yang mempunyai komitmen
Qur’anik.
Ruang
lingkup filsafat Islam menurut beberapa ahli filsafat di anataranya ::
Al Kindi :
Di kalangan kaum muslimin, orang yang
pertama-tama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya ialah Al-Kindi. la membagi filsafat menjadi 3 bagian, yaitu :
1): Ilmu fisika (ilmu-thabiyyat) sebagai
tingkatan yang paling bawah.
2). IImu matematika (al - ilmur - riyadhi)
sebagai tingkatan tengah-tengah.
3).Ilmu Ketuhanan (ilmur - rububiyyah)
sebagai tingkatan yang paling tinggi.
Al Farabi :
Menurut Al-Farabi, lapangan filsafat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Filsafat teori, yaitu mengetahui sesuatu
yang ada, dimana seseorang tidak bisa (tidak perlu) mewujudkannya dalam perbuatan.
Bagian ini meliputi :
- ilmu
matematika. - ilmu fisika.
- ilmu metafisika.
2. Filsafat amalan, yaitu mengetahui sesuatu
yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan yg menimbulkan kekuatan
Utk mengerjakan bagian-bagian yg baik. Bagian
ini meliputi :
Ilmu akhlak ; yaitu amalan yg
berhubungan dgn perbuatan perbuatan yg baik
Isafat politik: yaitu amalan yg berhubungan dg perbuatan perbuatan baik
yg seharusnya dikerjakan oleh penduduk negeri.
Ibnu
Sina:
Pembagian
filsafat menurut Ibnu Sina pada pokoknya tidak berbeda dengan
pembagian-pembagian sebelumnya, yaitu filsafat teori dan filsafat amalan. Akan
tetapi ia menghubungkan kedua bagian tersebut kepada agama. Dasar-dasar
filsafat tersebut terdapat dalam agama atau syari'at Tuhan, hanya penjelasannya
didapatkan oleh kekuatan akal-pikiran manusia.
Pembagian filsafat Ketuhanan menurut Ibnu
Sina ialah :
l). Ilmu tentang cara turunnya wahyu
dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu; demikian pula bagaimana cara
wahyu itu disampaikan, dari sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu yang
dapat dilihat dan didengar.
2). Ilmu keakhiratan, antara lain memperkenalkan
kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang
abadi itulah yang akan mengalami siksaan dan kesenangan.
E.Hubungan Filsafat Islam Dengan Ilmu Keislaman Lainnya
Di
Indonesia sampai hari ini, keilmuan Islam yang dikembangakan masih dipengaruhi
oleh adanya dikotomi ilmu yang membagi ilmu umum dan ilmu agama, dengan
institusi pendidikan yang berbeda pula, yang satu berada di bawah DEPDIKBUD dan
yang satunya berada berada di bawah DEPAG dan celakanya ilmu agamalah yang dianggap
ilmu keislaman, sehingga dalam studi keislaman, yang menjadi fokus adalah
kajian-kajian ilmu keagamaaan. Padahal, dalam al-Qur’an, semua ilmu (ilmu
pasti, ilmu alam, ilmu humaniora, filsafat dan ilmu agama) merupakan satu
kesatuan dan hakikatnya adalah penjelmaan dan perpanjangan saja dari ayat-ayat
Tuhan sendiri, baik ayat-ayat al-Qur’an yang tertulis dalam kitab al-Qur’an
atau yang tersirat dalam alam semesta.
Dalam menghadapi kompleksitas dan pluralitas persoalan kemanusiaan dewasa ini, maka diperlukan suatu integrasi (kesatuan/tauhid) ilum-ilmu untuk medekati dan memecahkan persoalan tersebut, suatu pendekatan yang disebut sebagai multi disciplineapproach, yang bisanya adalah filsafat.
Dan jika dilihat dari adanya kecendrungan makin kompleknya persoalan yang dihadapi manusia, seperti keterbelakangan dan kemiskinan, yang mana hal itu tidak mungkin dipecahkan dengan pendekatan tunggal saja. Maka mau tidak mau, berkerja sama berbagai ilmu itu mutlak diperlukan melalui berbagaio kerja sama ilmuan yang pada hakekatnya sangat dimungkimkan lahirnya integrasi ilmu, baik dalam sistem maupun dalam metodologinya, tampa menapikan dan membatalkan adanya spesialisasi ilmu. Apalagi jika dilihat pada dataran metrafisikanya, karena dalam pandangan tauhid, pada hakekatnya ilmu-ilmu itu, merupakan penjelmaan dialegtis dari ayat-ayat tuhan sendiri.
Dalam menghadapi kompleksitas dan pluralitas persoalan kemanusiaan dewasa ini, maka diperlukan suatu integrasi (kesatuan/tauhid) ilum-ilmu untuk medekati dan memecahkan persoalan tersebut, suatu pendekatan yang disebut sebagai multi disciplineapproach, yang bisanya adalah filsafat.
Dan jika dilihat dari adanya kecendrungan makin kompleknya persoalan yang dihadapi manusia, seperti keterbelakangan dan kemiskinan, yang mana hal itu tidak mungkin dipecahkan dengan pendekatan tunggal saja. Maka mau tidak mau, berkerja sama berbagai ilmu itu mutlak diperlukan melalui berbagaio kerja sama ilmuan yang pada hakekatnya sangat dimungkimkan lahirnya integrasi ilmu, baik dalam sistem maupun dalam metodologinya, tampa menapikan dan membatalkan adanya spesialisasi ilmu. Apalagi jika dilihat pada dataran metrafisikanya, karena dalam pandangan tauhid, pada hakekatnya ilmu-ilmu itu, merupakan penjelmaan dialegtis dari ayat-ayat tuhan sendiri.
Dan oleh karena itu tidaklah aneh kalau
filsafat tersebut mencakup juga lapangan-lapangan ilmu keislaman lain, dan
mempengaeruhi pula pembatasan-pembatasannya, apalgai penyelelidikan keilmuan
pada waktu itu banyak bersifat ensiklopedis yang serba meliputi. Kita tidak
akan mempunyai gambaran yang lengkap tentang kegiatran filsafat dalam dunia
Islam, kalau kita membatasi diri kepada ahsil karya filosof-filosof islam saja,
atau mereka yang terkenal dengan sebutan ”filosof peripatetik”, akan tetapi
harus memperluasnya sehingga mencakup pembahasan ilmu kalam, tasauf dam usul
fiqih serta tarikh tasyrik.
Selanjutnya dalam kajian keilmuan Islam, maka
posisi filsafat Islam adalah landasan adanya integrasi berbagai disiplin dan
pendekatan yang makin beragam, karena dalam bangunan epistemologi Islam mau
tidak mau, filsafat Islam dengan metode rasional transendental dapat menjadi
sumbernya. Contoh: Fiqih pada hakekatnya adalah pemahaman yang pada dasarnya
adalah filsafat, yang kemudoan di kembangkan dalam usul Fiqih. Tampa filsafat
fiqih akan kehilangan semangat untuk perobahan sehingganya fiqih dapat menjadi
baku bahkan pintu ijtihad akan tertutup.
Jika ada petentangan antara fiqh dan filsafat, seperti yang pernah terjadi dalam sejarah pemikiran Islam, maka hal itu lebih disebabkan karena terjadinya kesalah pahaman dalam memahami risalah kenabian. Jadi filsaft bukanlah anak haram Islam, tetapi filsafat adalah anak kandung yang sah dari risalah kenabian. Filsafat Islam adalah basis studi keilmuan Islam, yang mengintegrasikan dan mengikatkannya, agar tidak terlepas dari cita-cita Islam. Filsafat Islam sebagai hikmah yang hadir, untuk pencerahan intelektual Islam, untuk keselamatan dan kedamaian hidup dunia dan akhirat, dan untuk peneguhan hati manusia sebagai khalifah dan sebagai hamba tuhan.
Jika ada petentangan antara fiqh dan filsafat, seperti yang pernah terjadi dalam sejarah pemikiran Islam, maka hal itu lebih disebabkan karena terjadinya kesalah pahaman dalam memahami risalah kenabian. Jadi filsaft bukanlah anak haram Islam, tetapi filsafat adalah anak kandung yang sah dari risalah kenabian. Filsafat Islam adalah basis studi keilmuan Islam, yang mengintegrasikan dan mengikatkannya, agar tidak terlepas dari cita-cita Islam. Filsafat Islam sebagai hikmah yang hadir, untuk pencerahan intelektual Islam, untuk keselamatan dan kedamaian hidup dunia dan akhirat, dan untuk peneguhan hati manusia sebagai khalifah dan sebagai hamba tuhan.
F. Fungsi Filsafah
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari luar jalur secara sisitematik dan secara historis.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari luar jalur secara sisitematik dan secara historis.
Pertama
secara sistematis. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk
menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan
pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan
sebagainya.
Jalur kedua
melalui jalur sejarah filsafat. Di situ orang belajar untuk mendalami,
menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan
oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Kemampuan
ini memberikan sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang memang sangat
dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikan
pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam
masyarakat:
(1)
suatu penertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari
pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling
hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar
umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
(2)
Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi,
pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan, dan legitimasi-legitimasi dari pelbagai
ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat selalu
juga merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa
ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius
dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta
kepada mereka. Dalam
situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekedar menolak
ideologi-ideologi secara dogmatisdan dari luar, melainkan untuk menangggapi
secara kritis dan argumentatif.
(3)
Pendasaran
metodis dan wawasan lebih mendalam serta kritis dalam menjalani
studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi.
Dapat dikatakan bahwa filsafat sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti pendidik, pengarang, dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, termasuk kiayi, pendeta, pastur,dan teolog.
G.Filsafah di Indonesia
Filsafat tidak hanya berguna pada umumnya, melainkan mempunyai fungsi khusus dalam lingkungan sosial-budaya Indonesia. Ada beberapa filsafat secara khusus dibangsa ini antaralain:
Filsafat tidak hanya berguna pada umumnya, melainkan mempunyai fungsi khusus dalam lingkungan sosial-budaya Indonesia. Ada beberapa filsafat secara khusus dibangsa ini antaralain:
(1) bangsa indonesia
terletak di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak
bidang dan hanya hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan
pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan dengan perubahan
pandangan hidup, nilai-niali, dan norma-norma. Filsafat dapat membantu untuk
mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
(2)
Filsafat
merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan- kebudayaan,
tradisi-tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya bagi
Indonesia modern yang sedang kita bangun. filsafatlah yang paling sanggup untuk
mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan
evaluatif, kritis, dan refleksif, sehingga kekayaan rohani rohani bangsa dapat
menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa
Indonesia.
(3)
Sebagai kritik
ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka
kedok-kedok ideologis pelbagai bentuk ketidakadilan sosial dan
pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia yang masih
terjadi. Jadi filsafat membuat sanggup untuk tidak tertipu oleh slogan-slogan
ideologis, untuk melihat secara terbuka masalah-masalah masalh sosial secara
percaturan kekuasaan yang sedang berlangsung.
(4)
Filsafat
merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan
intelektual bangsa pada umumnya dan pada khususnya pada lingkungan
universitas-universitas dan lingkungan akademis.
(5)
Salah satu
fungsi terpenting filsafat adalah bahwa ia menyediakan dasar dan sarana
sekaligus bagi diadakanya dialog daantara agama-agama yang ada di Indonesia
pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam
membangun masyarakat adil-makmur berdasarkan pancasila. Jadi filsafat adalah
dasar bagus bagi dialog antar agama, karena argumentasinya mengacu pada manusia
dan rasionalitas pada umumnya, tidak terbatas pada pendekatan salah satu agama
tertentu itupun tanpa mengurangi pentingnya sikap beragama. Justru para
agamawan memerlukan filsafat supaya dapat berbicara satu sama laindan
bersama-sama memecahkan masalah-masalah nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar